SOSIALISASI WAKTU YANG TEPAT DALAM PEMBERIAN MP-ASI DARI PANGAN LOKAL MELALUI KKM DI DESA SIREMEN

0

Penulis: Dewi Hastuti, SP, MSc. -Dosen Fakultas Pertanian Untirta)

BBO, CJ – Kuliah Kerja Mahasiswa merupakan salah satu implementasi tridarma perguruan tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat. Dalam kegiatan ini Untirta melalui sejumlah mahasiswa yang di damping oleh dosen pembimbing lapang (DPL) mengaktualisasikan ilmu yang telah diperoleh dibangku perkuliahan kepada masyarakat Banten, utamanya di daerah pedesaan. Kegiatan KKM sesungguhnya juga merupakan wahana bagi para mahasiswa untuk belajar bermasyarakat. KKM Kelompok 12 di Desa Siremen, Kecamatan Tanara, Kabupaten Serang telah dilaksanakan sejak 12 Januari sampai 11 Februari 2022. Di desa ini, para mahasiswa melaksanakan berbagai program kerja yang selaras dengan tema utama KKM Tematik Gelombang 1 2022 yaitu menumbuhkan kreatifitas dalam mendorong kehidupan sosial ekonomi daerah. Salah satunya adalah kegiatan bidang kesehatan berupa sosialisasi waktu pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat. Pemahaman para ibu mengenai hal ini tentunya diharapkan akan mengurangi angka kejadian stunting sehingga akan terbentuk generasi muda yang sehat dan cerdas.

Apa itu MP-ASI?

Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif yang belum berhasil. United Nation Children Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) menganjurkan usaha penurunan angka kesakitan dan kematian anak dengan cara pemberian ASI yang sebaiknya diberikan minimal 6 bulan lamanya. ASI dapat diberikan kepada anak hingga usia 2 tahun dan diselingi dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) setelah anak usia 6 bulan (World Health Organization, 2009).
Periode emas dalam dua tahun pertama kehidupan anak dapat tercapai optimal apabila ditunjang dengan asupan nutrisi tepat sejak lahir (Brown, KH, 1998). Air Susu Ibu (ASI) sebagai satu-satunya nutrisi bayi sampai usia enam bulan dianggap sangat berperan penting untuk tumbuh kembang, sehingga rekomendasi dari pemerintah, bahkan kebijakan WHO mengenai hal ini telah ditetapkan dan dipublikasikan ke seluruh dunia.
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dianjurkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jenis makanan padat dan semi padat boleh diberikan kepada bayi setelah usia 6 bulan sebagai makanan pendamping selain ASI (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Bayi yang berusia 0-6 bulan seharusnya hanya diberikan Asi Ekslusif saja tanpa makanan tambahan apapun bahkan air putih pun tidak boleh diberikan. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 merupakan peraturan baru yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia dari Menteri Kesehatan untuk menerapkan kode etik dari WHO, tentang waktu pemberian ASI eksklusif (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Peraturan nomor 237/1997 tentang Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang diatur oleh Pemerintah, perlu ditegaskan bahwa MPASI bukan makanan pengganti ASI, tetapi makanan tambahan selain ASI yang diberikan setelah bayi usia 6 bulan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1997).
MPASI adalah makanan dan minuman yang diberikan kepada anak usia 6–24 bulan untuk pemenuhan kebutuhan gizinya. WHO bersama dengan Kementrian Kesehatan dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menegaskan bahwa usia hingga 6 bulan hanya diberikan ASI eksklusif saja. Oleh karena itu, MPASI baru bisa diperkenalkan kepada bayi ketika bayi berusia 6 bulan keatas (Riksani, 2012). MPASI disebut sebagai makanan pergantian dari ASI ke makanan keluarga yang dilakukan secara bertahap baik dari jenis, frekuensi pemberian, jumlah porsi dan bentuk makanan yang disesuaikan dengan umur dan kemampuan bayi untuk mencerna makanan.
Tujuan dari pemberian MPASI adalah sebagai pelengkap zat gizi pada ASI yang kurang dibandingkan dengan usia anak yang semakin bertambah. Dengan usia anak bertambah maka kebutuhan zat gizi anak pun bertambah, sehingga perlu adanya MPASI untuk melengkapi. MPASI juga mengembangkan kemampuan anak untuk menerima berbagai variasi makanan dengan bermacam–macam rasa dan tekstur sehingga dapat meningkatkan kemampuan bayi untuk mengunyah, menelan, dan beradaptasi terhadap makanan baru.

Pada usia berapa MP-ASI dapat diberikan

MPASI sebaiknya diberikan setelah bayi usia 6 bulan (Prabantini, 2010). Umur yang paling tepat untuk memperkenalkan MP-ASI adalah enam bulan, pada umumnya kebutuhan nutrisi bayi yang kurang dari enam bulan masih dapat dipenuhi oleh ASI. Tetapi, setelah berumur enam bulan bayi umumnya membutuhkan energi dan zat gizi yang lebih untuk tetap bertumbuh lebih cepat sampai dua kali atau lebih dari itu, disamping itu pada umur enam bulan saluran cerna bayi sudah dapat mencerna sebagian makanan keluarga seperti tepung (Albar,2004).
Waktu pemberian MPASI yang tidak tepat dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan khususnya pada pencernaan seperti diare, konstipasi infeksi usus, dan lain sebagainya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nur pada tahun 2014 menyatakan bahwa sebanyak 89,8% ibu yang memberikan MPASI pada waktu yang tepat, maka bayi cenderung memiliki status gizi baik, sedangkan ibu dengan pemberian MPASI yang tidak tepat waktu akan memiliki status gizi kurang yaitu sebesar 8,3%.
Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi (2014) di Sedayu yang menyebutkan bahwa anak yang mendapatkan MPASI tidak tepat waktu pemberiannya mempunyai risiko 2,8 kali untuk menjadi stunting dengan z score <- 2. Hasil ini memiliki makna bahwa kejadian stunting memiliki hubungan yang signifikan dengan waktu mulai pemberian MPASI.

Apa risiko pemberian MP-ASI terlalu dini?

Pemberian MP-ASI harus memperhatikan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan berdasarkan kelompok umur dan tekstur makanan yang sesuai perkembangan usia balita. Terkadang ada ibu-ibu yang sudah memberikannya pada usia dua atau tiga bulan, padahal di usia tersebut kemampuan pencernaan bayi belum siap menerima makanan tambahan. Akibatnya banyak bayi yang mengalami diare. Masalah gangguan pertumbuhan pada usia dini yang terjadi di Indonesia diduga kuat berhubungan dengan banyaknya bayi yang sudah diberi MP-ASI sejak usia satu bulan, bahkan sebelumnya.
Pemberian MP-ASI terlalu dini juga akan mengurangi konsumsi ASI, dan bila terlambat akan menyebabkan bayi kekurangan gizi. Sebenarnya pencernaan pada bayi sudah mulai kuat sejak usia empat bulan. Bayi yang mengonsumsi ASI, makanan tambahan dapat diberikan setelah usia enam bulan. Selain cukup jumlah dan mutunya, pemberian MP-ASI juga perlu memperhatikan kebersihan makanan agar anak terhindar dari infeksi bakteri yang menyebabkan gangguan pecernaan.
Menurut Azwar (2002), ada beberapa risiko pemberian makanan tambahan terlalu dini pada bayi, yaitu:
Resiko Jangka Pendek
Resiko jangka pendek yang terjadi seperti keinginan bayi untuk menyusui menurun sehingga frekuensi dan kekuatan bayi menyusui berkurang. Selain itu pengenalan serelia dan sayur-sayuran tertentu dapat mempengaruhi penyerpan zat besi dan ASI, walaupun konsentrasi zat besi dalam ASI rendah, tetapi lebih mudah diserap oleh tubuh bayi. Pemberian makanan dini seperti pisang, nasi didaerah pedesaan di Indonesia sering menyebabkan penyumbatan saluran cerna/diare serta meningkatnya resiko terkena infeksi.
Resiko Jangka Panjang
Resiko jangka panjang dihubungkan dengan risiko obesitas pada anak, kelebihan dalam memberikan makanan adalah resiko utama dari pemberian makanan yang terlalu dini pada bayi.

Bagaimana pemberian makanan anak umur 0-24 bulan yang baik dan benar?

Sesuai dengan bertambahnya umur bayi, perkembangan dan kemampuan bayi menerima makanan, maka makanan bayi atau anak umur 0-24 bulan dibagi menjadi 4 tahap yaitu: (Depkes RI)
Makanan bayi umur 0-6 bulan
Hanya ASI saja (ASI Eksklusif)
Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama pada 30 menit pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu, dengan menyusui akan terbina hubungan kasih sayang antara ibu dan anak
Berikan kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum mengandung zat-zat gizi dan zat kekebalan yang tinggi.
Berikan ASI dari kedua payudara
Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong, kemudian pindah ke payudara lainnya, ASI diberikan 8-10 kali setiap hari.

Makanan bayi umur 6-9 bulan
Pemberian ASI diteruskan
Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap, karena merupakan makanan peralihan ke makanan keluarga
Berikan makanan selingan 1 kali sehari, seperti bubur kacang hijau, buah dan lain-lain.
Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan, seperti lauk pauk dan sayuran secara berganti-gantian.

Makanan bayi umur 12-24 bulan
Pemberian ASI diteruskan.
Pada periode umur ini jumlah ASI sudah berkurang, tetapi merupakan sumber zat gizi yang berkualitas tinggi.
Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan. Disamping itu tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari.
Variasi makanan diperhatikan dengan menggunakan padanan bahan makanan. Misalnya nasi diganti dengan mie, bihun, roti, kentang dan lain-lain. Hati ayam diganti dengan telur, tahu, tempe dan ikan. Bayam diganti degan daun kangkung, wortel dan tomat. Bubur susu diganti dengan bubur kacang ijo, bubur sum-sum, biskuit dan lainlain.
Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba. Kurangi frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit.

Apakah MP-ASI 4 Bintang efektif dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bayi?

MP-ASI 4 Bintang dikenal sebagai menu makanan pendamping ASI yang terdiri dari 4 unsur gizi, yaitu karbohidrat, protein hewani, protein nabati, dan sayuran. Keempat gizi ini memang dibutuhkan bayi untuk tumbuh kembangnya. Namun, sebenarnya kebutuhan gizi bayi tidak terbatas pada 4 kandungan itu saja. Sampai saat ini, belum ada penelitian atau studi yang membahas mengenai keefektifan menggunakan MPASI 4 bintang sebagai panduan memberikan MPASI untuk anak. Selain itu, baik WHO maupun IDAI juga tidak menyarankan MPASI 4 bintang sebagai menu yang diberikan pada bayi.
MPASI yang disarankan IDAI adalah makanan pendamping yang mengandung makronutrien, yaitu karbohidrat dan lemak sebagai sumber energi, protein hewani dan nabati, serta mikronutrien, yaitu vitamin dan mineral berupa zat besi, kalsium, zinc, vitamin C, vitamin A, dan folat. Kandungan dalam MPASI 4 bintang hanya memenuhi 4 unsur nutrisi saja. Padahal sumber lemak, vitamin, dan mineral juga penting untuk dimasukkan ke dalam MPASI.

Yang harus diperhatikan ketika memberi MP-ASI?

Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika memberikan MP-ASI kepada bayi yaitu:
Protein nabati dan hewani diberikan sejak usia 6 bulan
Telur, daging dan ikan diberikan dalam keadaan benar-benar matang
Pemberian jus buah tidak disarankan untuk anak usia di bawah 1 tahun
Minyak, mentega atau santan dapat digunakan sebagai penambah kalori
Perhatikan kebersihan tangan dan peralatan dalam mempersiapkan MP-ASI
Pastikan kebersihan tangan anak sebelum memulai makan
Madu dapat diberikan setelah anak berusia 1 tahun
Pisahkan talenan yang digunakan untuk memotong bahan mentah dan bahan matang
Hindari Pemberian makanan dengan kadar lemak tinggi, pemanis dan penyedap rasa tambahan
MP-ASI dari Bahan Pangan Lokal
Jenis bahan makanan tambahan yang dapat diberikan kepada bayi sebaiknya dipilih dari bahan pangan lokal yang relatif mudah diperoleh dari lingkungan sekitar dan harganya terjangkau. Meskipun demikian, bahan pangan lokal juga bernilai gizi yang baik. Sebagai contoh, pemenuhan bahan protein hewani tidak harus dari daging ikan salmon yang mahal, bisa diganti dengan jenis ikan lokal seperti ikan gabus, lele atau nila. Kacang-kacangan seperti kedelai atau kacang merah juga dapat dipergunakan untuk memenuhi protein nabati. Sedangkan untuk menggantikan bubur oatmeal sebagai sumber serat dan karbohidrat, dapat digunakan bahan lokal seperti ubi jalar, beras merah, atau labu kuning. Untuk variasi buah dan sayur, para ibu dapat membuat MP-ASI dari berbagai jenis sayur dan buah lokal seperti bayam, tomat, wortel, labu siam, brokoli ataupun buncis. Tidak hanya pisang, buah-buahan lokal yang harganya terjangkau seperti pepaya, melon, buah naga dan semangka bisa di berikan berselang seling sebagai sumber vitamin dan mineral bagi bayi.

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul. 2002. Masalah Gizi Kurang pada Balita dan Upaya Penanggulangan di Indonesia. Majalah Kesehatan Masyarakat. Jakarta. XXVII No.11
Brown, KH., Dewey, K., Allen, L. 1998. Breast-feeding and Complementary Feeding, Complementary Feeding of Young Children in Developing Countries: A Review of Curent Scientific Knowledge. Geneva: World Health Organization.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia .1997. Kepmenkes No. 237 Tahun 1997 tentang Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu‟. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Kepmenkes No. 450 Tahun 2004 tentang Pemberian ASI. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Direktorat Gizi Masyarakat. Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat. Jakarta
Dwi, P. K. 2016. Hubungan antara Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan Kejadian Stunting Anak Usia 6-23 Bulan di Kecamatan Sedayu. Universitas Alma Ata.
Nur, D. 2014. Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) dengan Status Gizi pada Anak Usia 1 – 2 Tahun di Yogyakarta. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‟Aisyiyah, Yogyakarta.
Prabantini, D. 2010. A to Z Makanan Pendamping ASI. Yogyakarta: Andi.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (2014) Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. Jakarta.
Riksani, R. .2012. Variasi Olahan Makanan Pendamping ASI. Jakarta Timur: Dunia Kreasi
World Health Organization. 2009. Infant and Young Child Feeding. Geneva: World Health Organization.

Tinggalkan komentar